Senin, 30 Januari 2012

Saya dan Mereka


Pernikahan butuh waktu yang lama dalam "mempersiapkanya" itu mungkin sudah biasa. Banyak orang yang gagal dalam pernikahanya dengan alasan macam-macam. Tak sedikit juga alasan dari pernikahan gagal tersebut. Ada juga yang beruntung dan melalui pertimbangan matang mereka mengecap kebahagian hingga mereka menua bersama. Itu juga biasa. Ketika seseorang yang pilihanya dijatuhkan pada satu orang untsuk menghabiskan sisa umurnya, tanpa paksaan, tanpa megis, dan persiapan yang matang (secara materi) lalu justru ragu ketika penghulu sudah dalam perjalannan. Ini baru luar biasa.

Jodoh-Re-post dari blog Fahd Djibran


Jodoh barangkali semacam percakapan yang terhubung di telepon genggam. Ada panggilan masuk. Ada panggilan keluar. Ada panggilan tak terjawab. Tetapi toh yang terpenting bukan seberapa banyak kita menelepon, ditelepon atau mendapatkan missed call. Perlu niat untuk melakukan sebuah percakapan—di samping perlu pulsa juga waktu yang cukup.

Percakapan telepon genggam bukan tentang ada atau tidak ada seseorang yang ingin kita hubungi atau menghubungi kita, tetapi tentang kesungguhan untuk saling terhubung dan memulai percakapan itu sendiri. Pilihlah tempat paling nyaman dan strategis agar sambungannya tak putus-putus, kenali dan identifikasi lokasi lawan bicara agar tak kecewa menghubunginya ‘di luar jangkauan’ atau saat ‘nomor yang Anda hubungi sedang tidak aktif’. Selanjutnya, hanya tombol-tombol yang tersedia di depan mata, juga sebuah nama, sisanya pilihan: ‘ya’ atau ‘tidak’?

Sabtu, 28 Januari 2012

Tuhan dan saya


Jodoh saya masih ditangan Tuhan dan saya berharap Tuhan berpihak pada saya untuk yang satu ini.
Waktu itu tanggal 3 November 2009. Saya menjabat sebagai Kepala Penelitian dan Pengembangan pada sebuah organisasi Surat Kabar Kampus Ganto.  November itu saya selesai di Ganto setelah disana selama kurang lebih tiga tahun. Hari itu saya juga sedang mengikuti Program Praktek Lapangan mengajar.  Masih memakai blazer lengkap, saya mengurus keberangkatan Qalbi Salim ke Medan untuk mengikuti pelatihan jurnalistik pada salah satu Koran kampus di Medan. Kalau tidak salah di bidang layouter dan sejenis desain. Salim,biasa saya memanggilnya, akan berangkat siang itu tetapi bajunya belum dipacking, mobil yang berangkat pun belum jelas dari mana. Saya menelfon sebuah terminal di Padang tetapi mereka tidak punya jadwal berangkat siang itu, sementara Salim harus ke Medan. Saya menghubungi seorang anggota Ganto juga yang kampung halamanya di Medan, dimana biasanya dia naik bus. Singkat cerita Salim berangkat siang itu tetapi harus ke Bukittinggi terlebih dahulu. Salim naik mobil di Bukittinggi, setelah semuanya fix, saya menyuruhnya pulang ke kos untuk mengemasi barangnya. Sudah agak lama menunggu, Salim belum juga datang,karena harus ke Bukittinggi terlebih dahulu, maka saya khawatir kalau-kalau dia tertinggal bus, saya telfon, dia masih  mencuci, karena baju yang keburu direndam. Saya panic dan kesal sekaligus capek, hari itu saya pulang mengajar, malamnya tidak tidur sedikitpun,sehingga saya lupa kalau saya ada janji dengan seorang yang sehari sebelumnya menghubungi saya.

Rabu, 25 Januari 2012

31 Desember 2011

Bukittinggi,31 Desember 2011,23.06
Setahun berlalu,banyak hal yg sangat saya syukuri..
Punya pekerjaan tetap,bisa membantu org tua,dan beberapa ibadah yg meningkat secara kuantitas tp belum secara kualitas..
Ada beberapa resolusi di tahun yang akan datang...

Rindu Ini Untukmu Ulfia

Ulfia...
Kau menitipkan sepotong rindu pada laci meja kerjaku...
Pada senja yang tak lebih jingga dari rindu kita,pada kotak bekas Momogi,pada sepotong kertas koran terbakar...
Ulfia...
Hanya sepelemparan sauh jarak kita..
Rantau kadang mengajarkan kita memberi ruang pada rindu untuk menari...