Senin, 02 November 2015

Selamat Ulang Tahun Malaika



          
the caption is there is no caption to say this feeling
 
Ulang tahun, barangkali hal paling pantas untuk dirayakan adalah merayakan sebuah rasa syukur. Betapa tidak, dua belas bulan sebelumnya betapa perjuangan melahirkan yang tak bisa lagi diceritakan dengan kata-kata sontak hilang setelah melihat seorang manusia “baru” telungkup tepat di perut saya yang sudah agak kempes. Tangisan pertamannya menggema, saya melihat persis,mulutnya terbuka tapi matanya masih tertutup,lalu kaki dan tangannya meronta. Bersih, putih dan hal ini cukup membuat saya sedu sedan,masih dalam kondisi menggenggam tangan Amak dan suami. Saya hanya membisik lirih “alhamdulillah,Nak,”

Minggu, 01 Desember 2013

Ibu Dalam Kenangan

"Putra jauh dari sempurna,tak sedekit pun kelebihan yang dimilikinya,tapi Ibu tau dia sangat mencintaimu," Ujar Ibu ketika aku menyisir rambut basahnya. Begitu kata Ibu ketika pertama kali kami bertemu. Ibu mengatakanya sambil berurai air mata. Aku tau Putra adalah cucu pertama beliau. Ini pertama kali aku bertemu Ibu. Ibu adalah Nenek Putra. 
aku dan Putra berlatang belakang keluarga yang berbeda, restu keluarga Putra saat itu adalah hal yang paling aku takutkan. Namun aku salah, terserah yang lain mau beranggapan apa, yang jelas saat itu, aku diterima baik oleh Ibu, orang tertua dikeluarga Putra, begitu juga adik Mama yang lain. Mama sudah lama memberi respon baik pada hubungan kami. pertemuanku dengan Ibu membuatku sangat lega. Ibu menyukai ku! semua hanya prasangka ku saja. keadaan jauh dari film-film , aku diterima dengan baik. 
setiap kali bertemu, Ibu memeluk ku, menciumku, aku tak pernah punya nenek, tak pernah, tak pernah merasakan bagaimana rasanya diberi uang jajan oleh nenek, Aku tak pernah tau bagaimana rasanya dibela nenek. Lalu semua aku dapatkan dari Ibu. walau setelah itu kami sering bertemu, setiap kali bertemu dan berpisah dengan ku Ibu memeluk ku, mencium ku dan ritual itu selalu dilakukan dalam keadaan menangis. 
seperti juga aku, "jodoh"ku juga semua melankolis.
seminggu Ibu menginap di rumah Mama. Pagi-pagi semua orang sudah berangkat kerja. Aku dan Ibu akan meminum susu bersama. Membuatkan Ibu segelas susu lalu membukakan bungkus krekernya adalah ritual pagi yang aku suka. 

setiap kali memasak, kami akan memasaknya sangat lama, sampai over cook, kata ibu dia suka apa yang aku masak,empuk. 
Hari ini Ibu telah menutup mata selamanya. Setelah seminggu sakit, dua hari dirawat di rumah sakit dan sehari diantaranya koma. Putra menangis. aku tau dari cerita-cerita Putra, dia dibesarkan oleh Ibu, semasa SD, Putra dirawat Ibu. 
Acik, Adik perempuan Mama yang bungsu menelfon. Hanya menangis. Tak berkabar apa-apa. Aku tak tau mau mengatakan apa. Aku mengirim pesan kepada Mama. "Ma," cuma itu, aku bingung hendak mengatakan apa.
aku menelfon Putra dan Ante Lit, mengabari aku tak bisa pulang. Mama membalas pesan singkatku "Ya nak...Doakan Ibu ya..kalau tidak dapat izin tidak usah pulang, nanti tanggal 22 sudah akan libur,tolong kasih kabar ke Amak ya," aku menelfon Amak. Hari ini Amak berangkat ke Pasaman dengan Apak.

Ibu telah pergi. Aku membaca status cucu-cucu Ibu di sosial media semua merasa sangat kehilangan.
Ibu membawa kami,anak cucunya,membuat rumah di tubuhnya..Ibu pergi bersama rumah yang kami tinggali....Kemana pulang hendak berkabar setelah ini,Bu?

Pertemuan pertamaku dengan Ibu,Ia menanam sebatang pohon di kepalaku,Hingga kini teduhnya melindungiku,lalu sekarang akarnya mengalir pada mataku..

Selamat jalan Ibu. 




Bulan Juni yang Kelelahan...

selamat pagi menjelang tengah hari indonesia..
hari ini dan bulan ini terasa sedit melelahkan, ini saya katakan kalau saya diizinkan mengeluh tapi kalau tidak akan saya katakan, bulan Juni ini adalah bulan yang memacu adrenaline saya...lebih manis bukan?

Bulan Juni dan seperti bulan-bulan akhir semester yang lainnya adalah bulan dimana kesetiakawaanan, propesinalitas, kasih sayang dan keadilan dibicarakan..bukan berlebihan!
begini, saya akan cerita kenapa saya menyebutnya dengan sangat hiperbola!

Dulu sewaktu kuliah, perasaan saya mengatakan, saya sangat dekat dengan dosen Structure saya Rima Andriani Sari,M.Hum, saya pikir saya anak emas beliau malahan. Berhubung, hubungan dosen-mahasiswa ini aga sedikit kaku, maka hubungan ini saya sebut dekat. Tapi saya tak pernah dapat nilai B dengan belaiu, melulu C, bahakan ketika sudah SP(semester pendek) sekalipun dan saya merasa pantas setiap kali mendapat nilai tersebut. kedekatan bukan berarti bisa merusak kepropesionalitas-an.
Satu lagi, dosen saya tak  neka-neko, bernama bapak Refnaldi, M.Lit (maaf kalau salah menuliskan gelar ayahnda) beliau dosen linguistic, Phonology adalah bagian linguistic yang rumit bukan alang kepalang, sama kasus dengan Ibuk Rima, saya juga ke_GR-an kalau kami dekat, saya sering diizinkan masuk ke perpustakaan pribadi beliau, meminjam referensi-referensi beliau, menitip membelikan buku, sekali lagi saya anggap ini dekat, karena ini jarang terjadi antara mahasisa dan dosen,khususnya saya.

Sekarang hal tersebut saya hadapi, sekian puluh siswa yang saya handle akan menerima hasil ujian mereka bulan ini, ujian telah selesai dilaksanakan. namun ada perang bathin di sini. sebagian dari mereka sudah saya anggap adik sendiri, tak bisa dipungkiri sekian banyak siswa, tentu ada yang melekat dihati, saya sebagai guru bukan lebih menyayangi mereka yang pintar tapi cendrung melindungi dan memberi lebih kepada yang agak "lemah" karena bagi saya mereka "butuh" saya lebih dari yang lain.

Belajar dari teladan Ibu Rima dan Bapak Ref, saya mengutamakan angka-angka disini, seberapapun saya sayang dengan mereka score, ujian tertulis, speaking, sudah termasuk kognitif, afektif dan psikomotor tetap pertimbangan utama saya.

Ditulisan ini saya ingin menyatakan; satu, saya manusia biasa,yang penuh kasih sayang dan perempuan dengan segala pertimbangan emosional. kedua, saya dibesarkan d lingkungan yang sedikit "bersih", beberapa hal yang pernah saya jalani sebelumnya adalah bisa dikongkritkan ttg keadilan dan kejujuran dan saya sangat menjunjung tinggi ini. Saya dididik oleh orang-orang yng "abjektif" jadi penilaian saya, dengan segala kekurangn ini,akan saya usahakan seobjektif mungkin. 

selanjutnya, bagi semua siswa saya:satu: walaupun kita dekat secara emosional, tetapi kita punya sistem yang harus kita patuhi, kedua: kalau seandaianya kalian menganggap penilaian secara angka-angka ini adalah penilai pribadi saya kepada kalian, kalian salah, kalian lebih bermakna bagi saya dari angka-angka ini. 

sekian catatan kegalauan siang ini...
terimakasih kepad Bapak dan Ibuk dosen tercinta...you both teach and educate me....always...
terimaksih kepada siswa-siswa super saya...apapun itu, ranking berpapun itu, dihati saya kalian selalu juara umum...
terima kasih kepada seluruh pembaca..
terima kasih kepada seluruh guru d dunia...

Minggu, 17 November 2013

Ritual Gagal

Hari ini aku bangun agak cepat. Seperti biasa, hal ini sulit dan seperti biasa juga aku selalu hanya bisa bertahan empat hari untuk melakukan hal yang diluar kebiasaan ini. Sudah tak asing lagi bagi ku untuk bangun jam sebelas atau paling cepat jam Sembilan. Tentunya ini tidur tambahan kawan. Aku selalu bangun jam lima dan melanjutkan tidur hingga waktu tak terhingga.
Seperti biasa aku mandi dan berlama-lama dibawah shower. Aku selalu membayangkan aku tengah mandi hujan, berlari sesak nafas, karena dikejar pacar ku, seperti yang dilakukan Rahul kepada Anjeli di film fenomenal Kuch-Kuch Hota Hai (semoga spellignya benar). Shower adalah hujan yang berhasil aku bawa masuk ke dalam rumah.
Aku bisa pastikan, aku belum bangun seutuhnya, satu-satunya cara adalah aku membayangkan adegan Anjeli sangat bahagia bertemu Rahul lagi namun kebahagiaanya hilang ketika melihat cincin di jarinya. Cincin yang diberikan Aman ketika melamarnya. AKu pura-pura terkejut lalu mandi buru-buru.
Ritual mandi selesai. Aku membuat segelas susu hangat (ya..hidup sehat baru saja dimulai). Tualang masih hujan karena itu rencana jogging ku terpaksa ditunda (alasan basi). Susu hangat adalah salah satu caraku menyelamatkan sedikit matahari ke saku kemejaku.

Ritual minum susu usai. Duduk di depan computer yang wifinya tak pernah mati. Acak-acak, berselancar suka hati, ujung-ujungnya aku “menetap” di youtube. Youtube adalah salah satu situs yang menggagalkan hidup sehat dan produktifku (drama!) dan ada tak lagi yang mau aku ceritakan karena aku menghabiskannya sampai siang, lalu tidur siang dan bekerja hingga malam. Aku tak tau apakah aku masih hidup. Aku mulai tak bisa membedakan diriku sendiri dengan robot atau sejenisnya, atau aku manekin yang masih bernafas. Ah sudahlah….

Hujan

Hujan di Tualang agak sedikit marah. Ia berhasil memukul duduk sebuah tenda di depan sebuah bank swasta. Hujan juga membuat jemuran tak bisa diselamatkan lagi, karena ia datang sangat tiba-tiba.  Siapa bilang sesuatu yang telah lama ada membuat biasa, hujan pada bulan November misalnya: sekarang sudah pertengahan bulan dan pada hari ke delapan belas hujan masih saja terkesan marah.
Barangkali secangkir kopi, majalah kesayangan dan sedikit biscuit bisa membuat hujan lebih baik. Tentu saja tidak bagi ku.  Bersandar pada bahu kekasih, mendengarkan ia memujiku berulang ulang adalah hal terhangat pada musim ini.
Seperti juga hujan. Aku pikir cinta ku akan mereda, tapi aku salah kawan, rindu ku seperti eksperimen-eksperimen gagal di film-film Anaconda dan hiu-hiu

Minggu, 10 November 2013

Blog Hafizul Ahda (Tialopa)

JANGANLAH cemburu seperti itu Tialopa hanya karena tidak ada namamu blogku. Namamu tetap ada, tapi terpatri dalam di hatiku cie cie ciek elah....

Kamu tahu sedalam apa? Bukan sedalam palung atau samudra, tapi sedalam gelas. Gelas aia aka yang sering aku bayarkan untukmu. Maklum aku kan dulu merangkap sebagai sahabat dan bapak angkat buat kamu dan teman-teman lainnya.

Baiklah akan aku coba menambang tentang dirimu itu.

Tialopa seorang guru bidang studi Bahasa Inggris. Sekarang merantau ke Perawang, Riau. Ia mengajar di salah satu bimbingan belajar di sana. Katanya para siswanya terdiri dari beragam latar belakang etnis, seperti batak, cina, dan melayu. Dan sepengetahuanku ia disayang benar oleh siswa-siswanya itu. Aku tidak tahu apa indikatornya. Kuat dugaan karena kasihan aja kali. Maklum wajahnya menggambarkan kepedihan. Sebuah kepedihan yang mendalam akibat jauh dari sang kekasih. Suaminya, Kiki, berada di Pasaman sehingga dengan terpaksa mereka menjalani asmara jarak jauh. Istlahnya BBJJ: Balaki Babini Jarak Jauh.  

Apalagi ya....

Oya, wanita Sungai Lendir ini tipe orang yang ......(silakan isi titik-titik tersebut sendiri) dengan kata-kata yang bersayap, puitis, tersirat, dan gelap. Sehari-hari bahkan menggunakan ragam literer. Kamu tahu arti ragam literer? silakan red Tesaurus atau KBBI karena aku sendiri lupa. Maafkan aku yang agak alpa ini.
Padahalkan dalam komunikasi dikenal dengan prinsip: berbahasalah yang baik dan benar. Namun, ia langgar prinsip itu. Contohnya saja dulu ketika rapat-rapat di Ganto, ia menyampaikan pendapatnya terus memakai kata dan kalimat yang literer tadi. Aku heran dengan forum terutama junior yang angguk-angguk saja. Ntah paham atau memang cara mereka untuk menahan muntah mendengar si Tialopa berbicara. Tapi sayang, saya tidak punya kutipan untuk lebih meyakinkan dalam tulisan ini.

Singkat cerita, Tialopa memang sosok yang bijak lagi kontroversial menurutku. Di satu sisi ia tampak seperti orang cuek, tapi tidaklah cuek. Terlihat tegar, tapi rapuh. Apalah itu deskripsinya ya? Hmmm tolong dibantu aja lah ya. Dan sepertinya hal tersebut diperoleh dari tekanan dalam diri sendiri yang dialaminya saat ini. Hal itu “terpampang nyata” dari tweet2nya yang mengandung keresahan dan kerinduan.

Menurutku ini semacam tantangan hidup yang harus dijalani Tialopa. Dunia menghadirkan keadaan yang tidak baku ternyata. Terkadang orang-orang di sekitar heran. Namun, mereka tidak sadar bahwa heran mereka  juga menimbulkan keheranan buat kita. Sekarang tinggal bagaimana kita konsisten berikhtiar dan berdoa kemudian mengakhirinya dengan indah.
Terus bejuang Tialopa. Aku pun demikian.

“Super salam. Itu.”

Jumat, 08 November 2013

Blog seorang kawan

Tak sengaja menemukan Blog ini. Blog Hafizul Ahda, seorang sahabat yang saya sendiri tak pandai melukiskan seperti apa dia bagi saya.



Cepatlah hadir anakku
Jemput papa di stasiun simpang haru
Datangi papa dengan tangan terbuka dan senyum terbaikmu
Jangan lupa ajak mama
Setelah itu, kita pulang menyusuri senjanya kota
Menyulam kerinduan dalam cerita
menyeruput kasih sayang dalam bahagia
hingga tiba di rumah kita

hadirlah sayangku
untuk kami yang merindukanmu
saya lupa sudah berapa lama ia menikah. Setau saya dia belum memiliki buah hati. Bagi saya dan dia bukan hal tabu untuk membahas hal-hal yang jauh lebih tabu bagi orang lain. tapi tidak masalah anak. saya ingin dia dengan santai bercerita apa masalahnya dan apa yang bisa saya lakukan untuknya. tapi sayang, saya pun berada persis pada kondisinya yang sekarang. Saat ini selain sedang berdoa memiliki anak, semoga cinta kami (suami -saya dan  hafiz-istri) bukan proyek "anak". 
barangkali kami sama-sama yakin, anak yang mampu selalu "memudakan" cinta yang berumur tua. Semoga malaikat kecil itu segera dikirimkan. lalu kami akan menua melihat mereka tumbuh besar.