Jumat, 04 November 2011

Catatan Seorang Guru Muda (3)

Berawal dari berteman dengan Anton Hilman dan Meiriza Paramita,saya tau,muka sesorang menjelaskan hobinya.Seorang anak,berkacamata,putih,bukanya agak sedikit bulat mengejutkan saya. Anak ini bertingkah seperti Anton Hilman,aktif tapi tiba-tiba dan diam tiba-tiba. Kalau lagi senang semua orang disekitar tau. Persis seperti Meiriza Paramitha,anak ini kadang diam dan menirukan gaya dalam sebuah film animasi. Itu lah dia,anak ini bukan siswa saya. Abangnya siswa saya,saya tak mengenalnya,hanya tau dia turun dari motor yang sama setiap kali ia pergi sekolah.

Suatu malam,saya pulang mengajar agak telat,masuk ruang guru,saya pengisi absen terakhir malam itu "thank miss tia..thank you so much," dia berteriak,berlari ke pintu ruang guru,beberapa saat,ketika saya belum merespon apa-apa,dia datang dengan gaya "kunfu panda" "miss tia thank youuuuuu...." Saya memeluk tangan sendiri "you are welcome," dan matanya semakin bulat,ceria.
Pasalnya, di kelas saya,setengah jam pertama,siswa harus "speaking" dgn gaya "whatever do you wanna say,just speak," abangnya yang bergabung dengan saya menceritakan tentang score IQ nya rendah dan dia tak tau masalahnya. Sama persis,abangnya pintar,putih namun lebih kurus. Setelah "speaking" saya melakukan methode writing,yang pernah di "pelajari " seorang teman sesama angkatan Isra Nursalim,kalau tidak salah namanya "collaborative learning" satu siswa disuruh menulis lima kalimat dalam hitungan lima detik dan dilanjutkan kepada teman sebelah kanan dan kertas teman sebelah kiri diterima dan dilanjutkan pragrafnya. Pada lima kalimat pertama siswa saya bisa menulis dengan benar karena masih tentang ide mereka. Dua ide anak yang menarik,satu bercerita tentang film "narnia" dan yang satu lagi tentang "Andrea Hirata,".
Si abang menulis tentang Narnia,betapa dia suka kepada Peter dan betapa bijaksanya Aslan. Dia sangat ingin menonton Narnia 3. Kebetulan saya punya. Saya bilang "I have this one,you may borrow if you want," dalam suasanya mengajar,si abang berteriak "alhamdulillah...misssss....saya pinjam ntar ya miss...eh...I mean,may I borrow?" Saya hanya tersenyum,selesai mengajar,saya mengambil kaset tersebut dan dia berteriak kepada adiknya dan adiknya (yang tidak saya kenal)berteriak balik kepada saya.
Saya senang kepada mereka,yang masih segitu "hijau" mempunyai satu pilihan pada pilihan yang banyak,ini bukan hanya tentang Narnia,tetapi tentang sesuatu hal positif yang mereka sukai. Teringat mimpi saya,suatu hari nanti saya ingin sekali punya perpustakaan,dimana di dalamnya ada buku jenis apa saja dan semua stok film bermutu,dengan ruangan berfasilitas wi-fi. Sehingga anak-anak seperti ini,bisa datang dan menikamti film dan buku sesuai dengan umur mereka.dan bisa dibayangkan, akan jadi apa indonesia 10 tahun setelah itu,jika Andy F Noya,ingin suatu hari nanti,diseluruh indonesia,kemanapun dia pergi,yang dia lihat orang "membaca",maka saya akan dia dlm "pondok" itu dan menghabiskan hari tua saya dengan menikmati,semua orang membaca dan menonton.
Saya suka,anak-anak yang antusias terhadap sesuatu,karena ketika saya tanya,mereka bisa mengimbangi pertanyaan saya.
Salah satu dari siswa yang bercerita tentang Laskar Pelangi,seandainya dia tau kalau saya bisa tau halaman berapa Ikal bertemu Aling. Anak-anak yang suka membaca dan menonton,jauh lebih bisa mengontrol saya,untuk tidak "menekanya". Karena dia lancar bercerita,menceritakan kembali,menyampaikan,saya menikamati dan tidak akan saya "tekan" dengan pertanyan-pertanyaan yang membuat mereka terpancing berbicara.

2 komentar:

  1. Assalamu'alaikum
    (Lanjutan dari komentar saya yang ada di facebook)

    Sebenarnya, ada beberapa istilah untuk tehnik yang Anda gunakan. Menurut Harmer (2007 - How To Teach English, Person Education Limited), tehnik tersebut bernama "story circle". Sedangkan menurut Welch (2004 - teachers.net), namanya "collaborative circle writing".

    Prosedur pelaksanaan dasarnya sama, hanya saja tehnik ini bisa dimodifikasi sesuai kebutuhan. Bisa saja, Anda memulai dengan membacakan sebuah cerita sebelum memulai kegiatan menulis (writing). Kemudian Anda meminta para peserta didik untuk menuliskannya kembali. Selanjutnya untuk memudahkan para peserta didik memulai tulisannya, Anda juga bisa menuliskan kalimat pertama untuk karangan mereka. Misalnya, dengan menggunakan "Once upon a time,..." atau " Long time ago, ...", dsb.

    Semoga komentar ini bermanfaat..

    BalasHapus
  2. ok then....
    i will try...
    thanks a lot,Isra...

    BalasHapus