Minggu, 10 November 2013

Blog Hafizul Ahda (Tialopa)

JANGANLAH cemburu seperti itu Tialopa hanya karena tidak ada namamu blogku. Namamu tetap ada, tapi terpatri dalam di hatiku cie cie ciek elah....

Kamu tahu sedalam apa? Bukan sedalam palung atau samudra, tapi sedalam gelas. Gelas aia aka yang sering aku bayarkan untukmu. Maklum aku kan dulu merangkap sebagai sahabat dan bapak angkat buat kamu dan teman-teman lainnya.

Baiklah akan aku coba menambang tentang dirimu itu.

Tialopa seorang guru bidang studi Bahasa Inggris. Sekarang merantau ke Perawang, Riau. Ia mengajar di salah satu bimbingan belajar di sana. Katanya para siswanya terdiri dari beragam latar belakang etnis, seperti batak, cina, dan melayu. Dan sepengetahuanku ia disayang benar oleh siswa-siswanya itu. Aku tidak tahu apa indikatornya. Kuat dugaan karena kasihan aja kali. Maklum wajahnya menggambarkan kepedihan. Sebuah kepedihan yang mendalam akibat jauh dari sang kekasih. Suaminya, Kiki, berada di Pasaman sehingga dengan terpaksa mereka menjalani asmara jarak jauh. Istlahnya BBJJ: Balaki Babini Jarak Jauh.  

Apalagi ya....

Oya, wanita Sungai Lendir ini tipe orang yang ......(silakan isi titik-titik tersebut sendiri) dengan kata-kata yang bersayap, puitis, tersirat, dan gelap. Sehari-hari bahkan menggunakan ragam literer. Kamu tahu arti ragam literer? silakan red Tesaurus atau KBBI karena aku sendiri lupa. Maafkan aku yang agak alpa ini.
Padahalkan dalam komunikasi dikenal dengan prinsip: berbahasalah yang baik dan benar. Namun, ia langgar prinsip itu. Contohnya saja dulu ketika rapat-rapat di Ganto, ia menyampaikan pendapatnya terus memakai kata dan kalimat yang literer tadi. Aku heran dengan forum terutama junior yang angguk-angguk saja. Ntah paham atau memang cara mereka untuk menahan muntah mendengar si Tialopa berbicara. Tapi sayang, saya tidak punya kutipan untuk lebih meyakinkan dalam tulisan ini.

Singkat cerita, Tialopa memang sosok yang bijak lagi kontroversial menurutku. Di satu sisi ia tampak seperti orang cuek, tapi tidaklah cuek. Terlihat tegar, tapi rapuh. Apalah itu deskripsinya ya? Hmmm tolong dibantu aja lah ya. Dan sepertinya hal tersebut diperoleh dari tekanan dalam diri sendiri yang dialaminya saat ini. Hal itu “terpampang nyata” dari tweet2nya yang mengandung keresahan dan kerinduan.

Menurutku ini semacam tantangan hidup yang harus dijalani Tialopa. Dunia menghadirkan keadaan yang tidak baku ternyata. Terkadang orang-orang di sekitar heran. Namun, mereka tidak sadar bahwa heran mereka  juga menimbulkan keheranan buat kita. Sekarang tinggal bagaimana kita konsisten berikhtiar dan berdoa kemudian mengakhirinya dengan indah.
Terus bejuang Tialopa. Aku pun demikian.

“Super salam. Itu.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar