Kamis, 31 Maret 2011

Siapa yang Perempuan

Oleh Salmizul Fitria

Seorang teman yang merencankan kencanya sekian minggu terpaksa harus menunda kencan itu lagi karena orang tua pasangannya sakit, itu artinya dia harus mengambil cuti lebih awal dari tempat bekerja. Tak bisa dipungkiri, kekecewaanya mendalam. Saya dengan anggun dia mengakan bahwa dia mengerti dnegan keadaan tersebut dan dia akan menunda rindunya untuk waktu yang belum tentu. Setip laki laki-laki itu menghubunginya, perempuan itu selalu membahas tentang kencan yang batal, dan menekankan bahwa dia seorang yang pengertian dan mengerti dengan keadaan kekasihnya. Apakah menurutmu dia pengertian???
            Seorang sahabt yang lain, yang selalu mendengungkan bahwa yang terbaik dari sebuah hubungan adalah menerima apa adanya. Tapi ketika dua kali kencan terjadi, dan setiap kencan tersebut bill dilunasi oleh teman saya_perempuan dan kencan ketiga yang laki-laki minta uang tambahn receh dengan alasan tidak ada uang pecahan kecil, teman saya itu mulai mengeluh, mengeluhkan betapa pelitnya laki-laki itu, betapa perhitungannya dia dan dia ragu untuk menkahi laki-laki itu, bisa-bisa dia mati karena kebutuhan membeli sepatu setiap minggunya akan terhambat. Hubungan itu berakhir dengan alasan mereka tidak cocok. apakah menurutmu dia akan mendapatkan lelaki yang bisa ia terima apa adanya???
            Sahabat yang lain, ketika ada teman-teman lain mempunyai kedekatan hubunagn emosional, maka dia kan bertanya dnegan gamblang apa pekerjaanya dan bagimana dengan penghasilnya setiap bulan, apakah dia sudah menanyakan nomor rekeningmu, apakah dia cukup ganteng untukmu. Apakah dia teman curhat yang baik??
            Ada lagi teman yang lain yang menjalani sebuah hubungan baik itu hubungan sepasang kekasih atau hubungan berteman, dia akan selalu bertanya “seberapa menguntungkan dia bagi kehidupanmu,” disini ditekankan pada setiap kedekatan. Apakah dia bisa mengetik sepuluh jari, apakah dia ada kendaraan pribadi yang bisa mengantarkamu kemanpun kau mau. Teman saya ini seorang laki-laki.
            Teman yang berbeda, “aku tak pernah membiarkan orang lain terpuruk dalam keadaan yang buruk, tak peduli itu teman atau bahkan kekasihku, aku kan bersikap tegas,” sehingga dia selalu membuat orang lain melakukan sesuatu dengan caranya bukan dengan orang tersebut dan berubah lah orang-orang di sekitarnya menjadi robot buatanya.
            Dalam suasana terpisah, seseorang tersenyum menerima sebuah pesan singkat, “tidak ada seorangpun yang akan duduk bersamamu kecuali kau menguntungkan baginya_Mario Teguh” aku tak akan pergi walau kau tak menguntungkan bagiku, tambahnya. Kalimat terakhir jelas-jelas menghinanya. Apakah pemilihan katanya kurang tepat???
            “aku tak akan mengeluhkan apapun tentang mu, karena kau teramat mencintaimu. Tak ada yang perlu dievaluasi karena tidak ada yang kurang,”laki-laki itu berujar. “tapi aku sangat menginginkan kau mengatakan sesuatu tentang ku, betapa sok tahunya aku, betapa keras kapalanya aku,”perempuan itu menceracau. “yang aku inginkan kau memepercayai ku, bahwa aku tidak memiliki keluhan apapun tentang mu,” sela lelaki itu berlalu. Tapi lelaki itu tidak menanyakan nomor rekening, lelaki itu tidak bisa membaiyai setiap kencan mereka, lelaki itu selalu ada walau tanpa apa-apa. Begitu cerita terakhir dari salah seorang teman saya.
            Saya baru saja membaca buku Robin L. Smith,saya hanya ingin berbagi dengan informasi ini,  Anda tidak dapat MENCINTAI  dan MENYAYANGI seseorang, jika anda tidak mengakui dia apa adanya (MENGHORMATI). Anda tidak dapat membuat komitmen jika anda selalu ingin menang sendiri dan mengancam perpisahan jika terjadi pertengkaran.
            Saya sendiri tak tahu maksudnya apa. Dari cerita tentang teman-teman sya itu benar adanya. Tapi saya tidak tahu bagaiman mereka menilai saya. Bukankah tidak ada salah dan benar yang ada hanya perpedaan cara pandang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar