Minggu, 01 Desember 2013

Ibu Dalam Kenangan

"Putra jauh dari sempurna,tak sedekit pun kelebihan yang dimilikinya,tapi Ibu tau dia sangat mencintaimu," Ujar Ibu ketika aku menyisir rambut basahnya. Begitu kata Ibu ketika pertama kali kami bertemu. Ibu mengatakanya sambil berurai air mata. Aku tau Putra adalah cucu pertama beliau. Ini pertama kali aku bertemu Ibu. Ibu adalah Nenek Putra. 
aku dan Putra berlatang belakang keluarga yang berbeda, restu keluarga Putra saat itu adalah hal yang paling aku takutkan. Namun aku salah, terserah yang lain mau beranggapan apa, yang jelas saat itu, aku diterima baik oleh Ibu, orang tertua dikeluarga Putra, begitu juga adik Mama yang lain. Mama sudah lama memberi respon baik pada hubungan kami. pertemuanku dengan Ibu membuatku sangat lega. Ibu menyukai ku! semua hanya prasangka ku saja. keadaan jauh dari film-film , aku diterima dengan baik. 
setiap kali bertemu, Ibu memeluk ku, menciumku, aku tak pernah punya nenek, tak pernah, tak pernah merasakan bagaimana rasanya diberi uang jajan oleh nenek, Aku tak pernah tau bagaimana rasanya dibela nenek. Lalu semua aku dapatkan dari Ibu. walau setelah itu kami sering bertemu, setiap kali bertemu dan berpisah dengan ku Ibu memeluk ku, mencium ku dan ritual itu selalu dilakukan dalam keadaan menangis. 
seperti juga aku, "jodoh"ku juga semua melankolis.
seminggu Ibu menginap di rumah Mama. Pagi-pagi semua orang sudah berangkat kerja. Aku dan Ibu akan meminum susu bersama. Membuatkan Ibu segelas susu lalu membukakan bungkus krekernya adalah ritual pagi yang aku suka. 

setiap kali memasak, kami akan memasaknya sangat lama, sampai over cook, kata ibu dia suka apa yang aku masak,empuk. 
Hari ini Ibu telah menutup mata selamanya. Setelah seminggu sakit, dua hari dirawat di rumah sakit dan sehari diantaranya koma. Putra menangis. aku tau dari cerita-cerita Putra, dia dibesarkan oleh Ibu, semasa SD, Putra dirawat Ibu. 
Acik, Adik perempuan Mama yang bungsu menelfon. Hanya menangis. Tak berkabar apa-apa. Aku tak tau mau mengatakan apa. Aku mengirim pesan kepada Mama. "Ma," cuma itu, aku bingung hendak mengatakan apa.
aku menelfon Putra dan Ante Lit, mengabari aku tak bisa pulang. Mama membalas pesan singkatku "Ya nak...Doakan Ibu ya..kalau tidak dapat izin tidak usah pulang, nanti tanggal 22 sudah akan libur,tolong kasih kabar ke Amak ya," aku menelfon Amak. Hari ini Amak berangkat ke Pasaman dengan Apak.

Ibu telah pergi. Aku membaca status cucu-cucu Ibu di sosial media semua merasa sangat kehilangan.
Ibu membawa kami,anak cucunya,membuat rumah di tubuhnya..Ibu pergi bersama rumah yang kami tinggali....Kemana pulang hendak berkabar setelah ini,Bu?

Pertemuan pertamaku dengan Ibu,Ia menanam sebatang pohon di kepalaku,Hingga kini teduhnya melindungiku,lalu sekarang akarnya mengalir pada mataku..

Selamat jalan Ibu. 




Tidak ada komentar:

Posting Komentar