Rabu, 09 November 2011

Catatan Seorang Guru Muda (4)

Seorang siswa SMK dengan sejuta kenakalannya,berdiri pada salah satu sisi lapangan upacara. Dekat barisan laki-laki,tepatnya di depan barisan mereka. Pakaiannya rapi,rok yang diberi resleting cina (peraturan melarang rok memiliki belah,kalau di beri resleting cina,tidak melanggar aturan tapi pas di luar sekolah bisa di buka),roknya rapi dengan biron dibagian belakang. Bajunya tidak berbuah di depan seperti kebanyakan siswa,seperti baju kurung biasa,lebih "keren" dari pada berbelah di depan dan ada dua saku di kiri dan kanan sebelah bawah. Sepatunya Sanghai keluaran Compas,hitam putih. Sesekali dia tersenyum sendiri. "Pemimpin upacara memasuki lapangan upacara," Protokol membaca susunan acara. Dia melangkah maju dengan tegap. "Pembina Upacara memasuki lapangan upacara," protokol lagi. "Siaaaaappp grak!" Suaranya memang pantas untuk jadi seorang pemimpin Upacara. Perempuan itu saya.

Itu sekitar lima tahun yang lalu. Itu adalah prestasi saya. Bahkan saya pernah mewakili membaca Kultum kelas saya,sekitar tahun 2004. Menurut saya sewaktu itu,itu merupakan pencapaian yang sangat besar. Luar biasa! Saya tahu kalau ada beberapa atlet disekolah saya,dan mereka cukup mencolok,itu saja,itupun athlete silat. Saya tidak mendengar baik teman-teman maupun senior saya yang ikut olimpiade. Saya sewaktu itu ngekos dengan anak SMA/MA,mereka pun tidak punya cerita yang menarik,selain anak juara satu di kelas.
Malam ini saya duduk di kelas,tapi tidak lagi sebagai siswa,tapi sebagai guru mereka. Malam ini ada ujian "speaking" beberapa pertanyaan itu "do you have any achievement?" Dari delapan siswa saya yang bercerita,tujuh di antaranya punya. Afif,juara dua lomba bulu tangkis se Kabupaten Siak,Christin juara tiga olimpiade matematik yang di adakan sumbar,Adam juara dua pertandingan bola,Iva juara dua lomba pidato dan melukis,Febi juara dua kejuaraan bulutangkis pada Milo cup dan juara tiga saat Caltek Cup di kejuaraan bulutangkis dan sedang persiapan untuk Sumatera Cup,Ulva juara satu pertandingan Catur,dan Lucky Juara satu turnamen karate pada Olimpiade Olahraga Siswa Nasional.
Sebuah pencapaian yang luar biasa untuk anak seumuran mereka jika dibandingkan dengan saya seumuran mereka. Menurut hemat saya,hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor,yang pertama,faktor orang tua, sebagian dari mereka kalau latihan ditemani orang tua,orang tuanya tau banyak tentang pertandingan,dimana ada olimpiade orang tua tau dan mendukung mereka. Berbeda dengan orang tua saya,saya tekankan,saya tidak menyesali orang tua saya, bagi orang tua saya yang penting nilai saya tidak pernah turun. Orang tua saya tidak pernah bertanya hobi dan minat saya apa,yang penting saya mau sekolah dan nilai naik atw jalan di tempat. Pernah suatu kali saya rengking lima,kebetulan hari itu ada air tumpah pada lantai,Ibu saya melempar rapor itu ke dalam genangan air itu. Tapi ketika saya ingin bergabung dengan karate orang tua saya tidak memberi izin," sedangkan tidak bisa karate saja,dia sudah seperti ini,apalagi bisa," Ujar Ibu saya kepada Bapak yang kebetulan mendukung saya. Saya rasa kita semua tau maksud pernyataan itu,ibu saya cemas,kalau kaki dan tangan saya lebih "ringan". Ibu saya hanya akan mendukung saya,kalau saya ikut les irama mengaji (belajar membaca al-qur'an)
Kedua,sekolah. Sekolah adalah salah satu sarana bagi siswa untuk mencetak "prestasi" selain akademis. Ada beberapa ekskul yang dimiliki sekolah berdasarkan hobi dan kemampuan siswa. Sekolah juga lembaga resmi yang dapat "menjembatani" siswa untuk beberapa perlombaan dan turnamen. Waktu saya sekolah dulu,kalau saya tidak salah ekskul yang ada cuma volly,itu pun tidak "beken", silat, silat cukup terkenal. Itu saja seingat saya,yang lain ada drumband,Paskibra. Itu saja,
Ketiga,anak itu sendiri. Mengingat mereka masih dalam tahap "pencarian" apapun yang mereka punya harus di dukung dan difasilitasi oleh orang tua,guru dan sekolah. Hobby mereka sekang juga lebih keren,dan mereka tau banyak. Sewaktu saya,yang punya HP saja,bisa dihitung disekolah saya. Informasi agak sulit di akses. Saya lebih suka menemani salah satu teman saya,yang kebetulan atlet silat,pergi kejuaraan,hanya menemani karena orang tua saya tidak memberi saya izin untuk bergabung. Atau saya lebih suka melihat Parade Band di Lapangan Kantin,atau saya melihat pertunjukan musik UnderGround di Sport Hall. Sesekali saya pergi berenang ke kolam renang Bantola, Itupun hanya di pinggir-pinggir.

2 komentar:

  1. wahhh...sepertinya jadi guru menjadi sangat menggoda...

    semua sudah berbeda, salahku tak lahir di jamanmu.

    BalasHapus
  2. jauh lebih menggoda....saya setuju itu....sayangnya ada beberapa hal yg membuat kita tidak menikmati ini,,,,

    BalasHapus