Jumat, 18 November 2011

PutraKu


Kenapa setiap kali akan menulis tentangmu semua seolah hampa, sepi  dan kosong. Apa benar aku mencintaimu? Kenapa setiap kata sulit aku patri kan dalam bentuk yang lebih enak untuk dikenang yaitu tulisan?kenapa setiap kali berniat untuk melukismu seakan aku hilang gerak dalam liku yang kian datar?
Dari Desember 2009 menuju Desemmber 2011. Itu bukan waktu yang singkat,Putra. Terlalu banyak kata tumpah dari setiap detik yang kita habiskan sehingga aku tak pernah tahu lagi apa kata yang belum terujar untukmu. Seperti kau, aku pun terlalu mencintaimu sehingga tidak ada lagi kata-kata yang pantas yang bisa aku lukiskan, aku tuliskan, aku ceritakan, aku sajakkan untuk mu, kekasihku.

Kita pernah mencoba bermimpi tentang perjalannan dua tahun. Yang ada selepas itu hanya tawa dan bahkan pesta-pesta yang akan berkahir pada lenguhan malam yang tidak lagi melanggar aturan. Kita juga pernah bermimpi tentang perpustakaan penuh buku pada rumah sederhana kita dan sebuah ruangan olah raga. Ah….sebuah rumah dengan kombinasi yang sangat sehat aku rasa. Otakku bisa berjalan dan tubuhku bisa bertahan lama di sampingmu.
Putra, sesuara rindu dari jendela telepon genggam tidak lah cukup. Ku harap kau segera menunaikan rindu yang sempat kita lafaz kan dalam irama merdu pada setiap keberangkatan. Ya…sekarang jarak kita melebihi  jarak telinga kita pada telepon genggam tapi ini sudah menjadi agak biasa. Patahan tangan dan lipatan disudut bibirmu setiap kali akau menuju rantau seolah membakarku. Aku begitu merindumu dalam setiap putaran roda kendaraan yang membawaku pada perjalanan yang menuju rute yang sama yang  tak bisa ku terka jaraknya.
Putra, kau tak biasa. Kau begitu luar biasa. Pilihan mu selalu diam dalam setiap percakapan lantang yang aku suguhkan membuat ku semakin menggilai mu.
Putra, akulah perempuan dimana diam dan tidak meminta adalah perekatku. Ku tunggu kau dalam gelisah yang tak pernah bisa ku ungkapkan. Tak pernah bisa ku lukiskan tak pernah bisa ku sajak kan. ku peluk kau dalam rindu yang menghantam disetiap hentakan nafas yang teratur.  Masih belum bisa ku lukiskan dengan sempurna, karena kau tak sempurna tapi luar biasa.
Tualang, 19 November 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar