Jumat, 04 November 2011

catatan seorang guru muda (2)

Bagi seorang guru muda,pemula yang selalu "baby face" mungkin sering mendapat perlakuan agak aneh-aneh dari siswanya. Seorang teman,yg juga guru,pernah bercerita,bagaimana hubungan mereka berlanjut "sampai ke tingkat yg lebih serius",resikonya teman saya ini sudah sangat ingin menikah,tp apa hendak di kata,si bocah masih sekolah.
Tetapi itu tidak terjadi kepada saya,Entah karena,saya yg bertampang sudah "matang" ini maka saya sering sekali mendapat kelas "dewasa",pekerja,mahasiswa,bahkan guru.
Kadang-kadang lebih beresiko mengajar anak-anak pubertas ketimbang mahasiswa,pekerja yg kadang umur mereka dan saya berjarak satu dua tahun,atw bahkan seumuran,kelemahanya hanya mereka cendrung lebih kritis beda dengan "pelajar" yg sekolah mash krn orang tua.
sewaktu masih praktek,ada seorang siswa yang "tidak bisa diam" dia tidak suka bertahan dlm wktu yg lebih dari sepuluh menit.

Setiap ada masalah dengan beberapa anak didik saya,saya sering diskusikan maslah ini,dengan seorang teman,yg berprofesi seorang guru Bimbingan Konseling, (guru BK yg propesional,ramah kepada siswa,sangat benci dibilang polisi sekolah dan tahu banyak metode mendekati siswa dan aturan tetap berjalan),teman saya bilang,anak nakal pada dasarnya masalahnya dari rumah,biasanya terlalu diperhatikan di rumah atw malah kurang perhatian.terlalu diperhatikan,lebih menjurus kepada sikap posesif orang tua,kurang perhatian,berlaku kepada anak yang orang tuanya plegmatis.
Usut punya usut,anak ini tidak bisa diam,karena di rumah dia anak bungsu,laki-laki satu-satunya,yatim. Jadilah dia selalu berfikir bagaimana caranya dpat perhatian semua guru selain jadi "pintar",karena anak pintar kadang diperlakukan spesial oleh guru.
Saya kasih perhatian,tidak full memang,tapi sebatas saya gurunya. Perhatian saya tidak pernah cukup baginya,bahkan semakin diperhatiakan,semakin dia berfikir bahwa saya bisa dengan mudah "ditawarnya" dalam aturan. Hal ini berlaku selama saya praktek mengajar,hingga gempa dahsyat 2009 mengubahnya.
Gempa 2009,meninggalkan banyak luka bagi warga Sumbar,termasuk salah satu siswa saya ini,dia terpaksa putus sekolah,karena rumah yang di Pdang hancur,belakangan saya tahu dia bekerja sebagau buruh kasar,pada salah satu tambang Emas di daerah Solok Selatan dan sekitarnya,saya lupa persisnya.
Belakangan dia sering menelfon saya,bahkan sebulan terakhir,dia hampir setiap hari menelfon saya,ujung-ujungnya,mantan siswa saya ini,memperlakukan saya seperti "laki-laki dewasa,memperlakukan perempuan" masih dlm konteks sopan dan satun bahwa saya mantan gurunya,tp tidak lagi lumrah.
Apa wajar seorang siswa,membangunkan gurunya ketika shlt subuh?apa wajar seorang siswa mengirimkan puisi pada akhir pekan?mungkin karena kerasnya hidup diluar sana,maka anak ini dewasa belum pada waktunya,menurut saya.
Ternyata hal ini tidak hanya saya yg mengalami,teman sesama mengajar,menerima perlakuan lebih "ekstrem". Siswa yg berumur hampu delapan tahunan dengannya,berani mengungkapkan perasaan-perasaan yg seharusnya tidak dimiliki oleh anak seumuran dia.
Dilema pasti,karena masa depan si anak yang memiliki sakit Odipus komplex ini,dia merasa nyaman,kalau gurunya tegas,atw bertindak layaknya guru,dia "mogok" belajar. Anak ini saya yang mengajar,karena perasaan yang seperti ini kepada guru yang lain,moodnya di kelas saya sangat labil. Teman saya pun tidak tau lagi harus bertindak apa,keadaan "mood" siswa saya terletak padanya. Terpaksalah diluaran lingkungan menganggapnya teman.
Tidak hanya Odipus Komplek saya rasa,ada yg lain yg lebih khas dimiliki anak ini,dia selalu mengeluhkan dia sakit kepada saya dan kerabat sesama mengajar ini. Seolah-olah anak ini mintak diperhatikan khusus.
Sebagai guru yg baru mengajar terbilang tiga tahunan,hal ini membuat kami,khusunya saya agak kerepotan. Belum pernah saya menghadapi seorang siswa,yg karena "lg gk mood" ketika saya suruh tampil,dia membentak saya,memukul kursinya,merobek bukunya,dan beberapa jam setelah kelas usai,dia memohon minta maaf.hhffuuuhh....
Baiklah,semua ini tak akan cukup untuk membuat saya lelah,saya sudah memutuskan,ini memang jalan saya,sekali lagi,klu jadi penulis saya mempengaruhi opini orang banyak,disini,menjadi guru saya mempengaruhi arah perjalanan masa depan anak-anak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar