Rabu, 11 Juli 2012

Pulang


Sedikit langkah dicoba dijejali. Karpet baru itu terkesan menelan langkah-langkah saya. Saat itu saya tengah berada pada bangun bertingkat tiga. Ditengah-tengah bangunan itu kosong sampai kubah teratasnya. Terakhir datang kesini bangunan ini dalam pembangunan,saat ini bangunan megah ini sudah bisadinikmati. Salat untuk pertama kalinya pada Mesjid Raya Al Azhar membuat saya merasa berbeda, bukan salatnya, bukan bangunan mewahnya tapi apa yang akan saya temui setelah ini.

Untuk sekian kalinya saya katakana bahwa merantau adalah salah satu cara merawat kerinduan . Rencana hari ini adalah menemui para kuli pena di ruangan tiga kali empat, tak sabar dengan aksi meledak-ledak mereka. Semua orang-orang berkepentingan telah dihubungi,saya berjaga-jaga kalau seandainya ruangan itu menjadi asing bagi saya,itu artinya saya harus menghubungi orang dalam yang masih berpengaruh disana.
Qalbi Salim dan Ulfia Rahmi sudah menunggu disana. Saya memasuki ruangan itu dengan perasaan yang takmenentu, perasaan seperti bertemu dengan mantankekasih dan sangat ingin memulai percakapan tapi sangat ragu. “Salimnya ada, Kak?” saya berusaha seimut mungkin. Saya memang pernah “bagak” diruangan ini tapi hari ini saya datang sekedar menjemput kenangan untuk diri saya sendiri dan mereka tentu tak akan paham. “Ada kak…,”satu orang dari kumpulan itu berdiri, mengulir tangan dan menjabat saya hangat. “masuk kak..sudah lama bg Salim menunggu kakak,” dia Deddi supendra,pernah sekali menjadi adik bimbingan saya,kemudian entah karena apa gagal diperjalanan,mundur teratur, belakangan dia mengukuti seleksi anggota lagi dan saat ini dia menjabat Pimpinan Redaksi, secara emosional kami agak dekat karena kemundurannya dari Ganto, kamimasih keep in touch , dia penggila beasiswa luar negeri dan pelatihan-pelatihan kepenulisan.
“Kenapa lama sekali baru datang,kak?”Salim keluar dari ruang redaksi,menatap saya,saya juga sama sepertinya ingin sekali meneriakan kalau saya merindukannya kalau keberadaanya adalah keberadaan saya, tapi hidup mengharuskan ketidak beradaan salah satu kami adalah keberadaan diri kami sendiri saat ini . dia berdiri beberapa detik pada pintu redaksi, menatap saya, saya membuka kedua tangan saya aku datang,keberadaan ku akan jadi sedikir merawat rindu-rindumu,begitu juga keberadaanmu. Dia terlihat semakin pendek, mungkin karena badannya yang semakin berisi, terlihat lebih kusam, mungkin beban fikiranya yang membuatnya sedikit kusut. Ah…senyumnya masih seperti itu,agak berat dan gagap,dia menghampiri saya,menjabat tangan saya lalu membawa tangan saya kekeningnya,menjabat agak lama lalu tersenyum bodoh,begitu juga saya waw…kau terlihat dalam masalah,dik.
Lama bercerita namun cuma salim yang saya kenal, “Mana yang lain?” Tanya saya. “Kakak mahkelamaan,dah pada pulang,”
Saya mengirimpesan ulang kepada yang lain,setelah beberapa percakapan Ulfia mengatakan “ kau seperti berada dirumah orang lain,” Ulfia memang banyak tau hal tentang saya tanpa harus saya ceritakan. Bagi otak saya yang cerdas,Ulfia berada disekitar saya. Channel “cinta” nya agak sedikit kuat mengirim sinyal ke otak saya. Saya balik menatap salim “ Kak Ulfi di dalam kak,” sahutnya. Saya masuk keruangan yang lebih kecil dari ruangan barusan, saya terpaku beberapa saat dengat lemari bofet tua, ini lah saya berada pada banyak scene kehidupan saya yang dulu, kenangan saya berputar mencari dimana saya dulu sering tidur,marah, menangis,berfikir, tangan saya menyentuh lemari itu,berkabut, sepertinya orang-orang baru disini tak mau mengusik kenangan saya, tak ada yang berubah kecuali sebuah sofa yang agak tua pada salah satu sisi ruangan.
Ulfi  duduk membungkuk disana, kehadiranya membuat scene baru diingatan saya . penggila ilmu pengetahuan ini terlihat lebih kurus, kau tau kenapa bajunya agak kebesaran?karena dia menyimpan kenangan kami disana , baginya idealism adalah biaya hidup termahal dikampus ini sekarang. Saya menatap wajahnya sekali lagi,wajahnya mengatakan  saya punya banyak topic yang mau dibicarakan,bersabarlah. Saya memeluknya, tanpa megatakan apa-apa, ”Kau beraroma agak sedikit aneh,”ujarnya ketika mencium saya.
Lalu saya melihat semuak Notebook kecil, berarti laki-laki aneh itu disekitar sini,”mana dia?” Tanya saya menunjuk ke benda kecil itu. “keluar sebentar kak,sebentar lagi balik kesini,” menyusul setelah itu kedatangan Abdul Yasman, Isra Hermanto dan Afdal Ade Hendrayana.
Saya mengajak mereka makan,saat makan kami bercerita banyak,Afdal sudah seminar dan akan segera ujian akhir dan dia baru saja putus dengan pacarnya, kata salim, Afdal ditinggal menikah dan Afdal tak menyangkal Salim. “Kemapanan mengalahkan ketampanan kak,” lalu dia bercerita banyak hal, bagaimana lelaki pendiam lebih digiali perempuan dari pada lelaki hebat nan banyak cakap.
Ketika makan hadir Heri Faisal dengan perut yang lumayan berisi,kami masih sering berbagi dan saya masih percaya dia bukan penggila “amplop” saat ini dia bekerja dimajalah Kartini. Dia menawarkan pekerjaan untuk menjadi dosen dan dia punya link kesana, tapi Abi menekankan tetap denganrangkaian tes. “Yang penting kini ndak gaji do kak,kakak kalau mau maju harus stay di Padang,” saya tersenyum, mereka selalu punya mekanisme pertahanan hidup  dan saya haus akan ini.
Menyusul kedatangan Hafizul Ahda danAbdul Yasman,setelah menikah hafizul Ahda terlihat kurus. Abdul Yasman semakin terlihat kebapaak-an, mungkin saat ini dia berteman dnegan pra birokrat di kampus dan itu membuatnya terbawa suasana.
Perjalanan dilanjutkan mencari “karupuak mie,”. Ada anggota baru Joni Irfan yang belakangan dijemput ke sekre. Harusnya hari ini ada rapat tapi saya tak melihat ada tanda-tanda aka nada rapat mingguan,tapi itu bukanlagimenjadi urusan saya. Sebelum berangkat kami duduk sejenak di dalam,dan seseorang datang membawa dua piring gorengan, danmenyuruh memakan, mereka semua didalam ruang redaksi, par “orang tua” ini berada diluar. Mungkin bergini cara terbaru memanfaatkan momen, dan member kami kesempatan, tak ada satupun crewnya diluar.hahha….mereka ingin kami bercerita dan mengenang lebih leluasa.
Kami berangkat menuju “karupuak mie station,” memesan pisang bakar, jagung dan karupuak mie,kami duduk pada palanta dibawah pohon nan rindang,ombak menyanyikan nyanyi khas mereka, mendebur menghantam pasir. Nyaman, senang, nyaman dan nyaman, itu yang terasa oleh saya saat itu. “Di Unand patang tu keluar peraturan rector kak,kalau nio demo harus se-izin rector,” “adduhh..aku kemaren sedang disekre AJI, ada yang wawancara dengan rector kita tentang mahasiswa yang hilang di Talalu,rector Cuma jawab,”sekarang kan sedang libur,jadi tak ada kaitannya dengan kampus, terakhir dia wawancara dengan pembantu rector tiga ,” “dijurusan tu semua orang merasa hebat,karena itu susah disatukan fikiranmereka,” “ kemaren kami ikut seminar,temanya tentang alat reproduksi,perut besar tu ternyata berbahaya bagi laki-laki,” banyak lagi hal-hal yang mereka bicarakan, dan saya hanya diam dan memikirkan betapa banyak hal yang saya tidak tahu hari ini,dan saya sekali lagimerasa sangat nyaman berda disekitar mereka. Menatap punggung mereka, mencium bau mereka dan mendengarkan pikiran mereka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar