Sabtu, 05 November 2011

Suci Bulan


Sudah lama ingin ku jelang kau, di Suci Bulan. Kau  longgar engsel. Berderik membawa remah-remah sisa sya’ban. Waktu menggenang seperti usai pemandian. Semuanya sunyi. Kerinduan memaksaku datang. Kita mencoba berpelukan seperti kekasih lama. Namun bukan rindu layang kan camar yang aku rasakan. Di Suci Bulan, aku merapal do’a-do’a untukmu. Sebuah kesatuan bunyi yang sudah lama ku jauhkan dari telinga. Tapi entah siapa yang mengirimnya higga kini kau berada tepat di depanku. Kenapa tak kau dendangkan saja semburat rindu di tempo dua belas bulan. Aku kembali mendendang do’a dan hafalan 99 agar aku kembali pada kerinduan yang meregang. Namun yang ada hanya sunyi di Suci Bulan. Garin terpekur di pojok. Ada kekosongan disini, di Suci Bulan. Ruang karaoke lebih penuh. Parkiran mall-mall penuh sesak. Entah apa yang meraja. Sulit membedakan keberadaan rindu dengan ketiadaan.
Agustus 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar