Bagi kebanyakan penulis terutama penulis pemula selalu dihadapkan dengan writer’s block atau kebuntuan ketika menulis. Penyakit ini disebabkan banyak hal mulai dari masalah pribadi yang terlalu menekan, deadline atau bahkan menejer yang terlalu antusias sehingga menekan penulis untuk segera menyelesaikan tulisannya. Hal ini di alami Senja Hadiningrat. Senja mengalami writer’s block ketika harus menyelesaikan novel ketiganya.
Bebannya semakin berat ketika banyak rensensiator yang menilai Novel keduanya_Head Over Heel sangat mengecewakan di banding novel pertamanya, Omnibus. Untuk novel kedua ini promosiya jorjoran akrena memang disponsori oleh salah satu produk sepatu.
“cerita Head Over Heel terlalu dipaksakan, kelihatan sekali kalau novel ini disponsori oleh sepatu ShoeAddict. Tetapi apa penulsinya tidak bisa lebih smooth lagi?terlihat jelas kalau ingin mengiklankan missHeel, produk barunya ShoeAddict” begitu review salah seorang yang ia temukan ketika membuka internet, mencari-cari resensi bukunya. Dia benar-benar merasa tertekan, tak pernah dibayangkanya kalau novel keduanya seburuk itu. Belum lagi, Tasya,kakak sealigus menejernya, selalu mendesak untuk segera menyelesaikan deadlineya, ikut lounching buku, jumpa pers, atau media gathering. Tasya tak pernah mengeri perasaan Senja dan terus mendesak untuk menyelesaikan novel ketiganya.
Menjadi penulis memang impiannya sejak kecil, bahkan dia ke Jakarta dari Solo untk urusan lomba kepenulisan. Tapi tak begini kenyataan yang dia inginkan. Senja sorang penulis yang demam panggung, tak pernah siap menghadapi acara-acara formal, dimana dia harus jadi sorotan semua orang.
Ingin rasanya dia kabur dari kehidupanyya yang sekarang namun itu tak mungkin dilakukanya karena Tasya sudah menandatangani kontrak kerja dengan salah satu perusahaan. Dimana Senja harus roadshow kemana-mana mengenai novel ini. Karena merasa benar-benar tersudut dan ide hilang di kepala, Senja memilih untuk pergi jauh dari dunia tulisnya. Namun tempat yang dia pilih justru membuatnya mampu menyelesaikan novel ketiganya.
Potongan-potongan naskah itu ia posting di blog, banyak pembaca yng tertarik Potongan terakhir sengaja ia gantung, ia hanya bermaksud untuk membuat orang tertarik dan menilai karyanya lagi, ternyata ia mendapat respoin yang positif.
Bagaimna rasanya jadi penulis yang mengalami writer’s block?menghadapi menejer yang cerewet? Okke ‘sepatumerah’ menawarkan solusi cerdas yang pantas dilakukan oleh seorang penulis unutk kembali menumbuhkan ide-ide yang mulai mogok di kepala. Penulis Cinta pertama (2006), yang diadaptasi dari skenario film berjudul sama karya Titien wattimena ini, mencoba memberi solusi dan letupan motivasi dalam ceritanya bagi mereka yang mengalami writer’s block, dalam tulisan yang ringan dan mengalir begitu saja ketika dibaca.
Dari bahasa yang digunakan Okke, terlihat bahwa dia tidak hanya menguasai dunia kepenulisan tetapi juga bidang lain seperti lukisan dan desain. Hal ini terlihat dalam novelnya ketika Senja mengalami Writer’s Block dia bertemu dengan seniman. Ketika dia menggambarkan bagaimana lukisan Genta_sang seniman_terlihat kalu dia cerdas dalam mendiskribsikan suasa lukisan Genta. Salmizul Fitria
Tidak ada komentar:
Posting Komentar