Pada tangan yang akan membuatkan | syurga |
Sore yang temaram di Tualang,
kesibukan lalu lintas, aku melihat jantung hatiku berdiri gagah diseberang
jalan, mengenakan kaus kuning, celana hitam panjang dan sepatu boot tanggung. Aku
hanya tersenyum, betapa aku mencitainya. Putra punya waktu cukup panjang bisa tinggal
beberapa hari di Perawang, dia menemuiku siang hari dan pulang malam harinya ke
rumah bibinya di sebuah perumahan di kilometer 5.
Hari pertama Putra di sini kami
hanya saling menatap, betapa rindu yang gila ini harus segera dijinakan. Hari kedua,
sedikit gerimis, kami duduk di pinggir kolam kura-kura di taman belakang
sekolah. Ada enam kura-kura di sana, kami memanggilnya Tung-Tung. Kami melempar
beberapa potongan sayur ke dalam kolam. Gerimis masih awet namun tak lebat.
“Apa kau mau menghabiskan sisa
umurmu dneganku?” lemparanku terhenti, aku mencari-cari mata Putra, mencari-cari
kesungguhan di matanya. Bukankah aku masih sangat terkejut dengan kedatangannya
dan sekarang dia melempar pertayaan sedemikian rupa.
“Tak ada guna masa ini
dihabiskan, jika aku tak ingin sisa umur ini dihabiskan denganmu,” jawabku.
Ingin sekali memeluknya seperti di TV-TV tapi itu sungguh tidak mungkin. Aku tersenyum,
dia membalas senyumku dengan senyum lebar yang selalu ku anggap matra.
***
Hari itu Minggu, 7 April 2013,
aku tengah menghabiskan hari mingguku di Mall Ciputra. Saat HPku berdering, aku
tengah berada pada pintu 21. Rencana hari ini aku akan menonton G.I Joe . namun batal karena aku baru
saja mendapat telepon dari Mama Putra, saat ini dia tengah berada di rumahku.
Putra tak memberi kabar sebelumnya. Akan ada acara pianangan!! Okay, aku
mencoba untuk menenangkan hatiku,akan Amak mengurus semuanya. Namun Keluarga Putra
mengahruskan aku datang. Mengingat dua minggu kedepan, siswaku akan ada ujian,maka
keputusan diambil 29 April 2013 Putra dan keluarga akan datang meminang.
***
Minggu tanggal 28 April aku
bertolak dari pekanbaru. Perjanan ini agak terasa aneh dibandingkan dengan
kepulangan-kepulangan sebelumnya. Agak terasa lama dan tentu saja aku mendadak
Psikosematis tiga hari menjelang hari H.
Sampai di rumah, Amak dan kakak
sepupu perempuanku sudah sibuk. Banyak makanan. Aku pikir ini hanya acara
biasa, dan tidak begitu penting. Mengingat di kampungku, kami tak pernah
mengadakan acara maminang dengan begini. Di kampungku, hanya datang orang
tua laki-laki ke rumah perempuan, itupun malam. Tak ada yang tau. Dan hari ini,
keluarga besar Putra akan dating sekitar 30 orang lebih. Ah…lucu….!
Hari senin pagi, karena acara akan
digelar tanggal 29 April 2013, tepat hari ini. Aku dipaksa memakai baju kebaya
berwarna toska. Wah ini berlebihan! Seorang adik sepupu sibuk dan ngotot
mendandaniku seperti ondel-ondel. Aku tak berharap sebegininya sambutan semua
orang. Aku merasa aku sangat penting hari itu.
Usai shalat dzuhur keluarga Putra
datang. Hampir 40 orang. Untung aku tak berpakaian agak sedikit prepare . Mamak-mamakku _saudara laki-laki ibu_sudah duduk menanti. Acarapun dibuka
dengan acara makan-makan. Aku masih duduk dalam kamar 3x3meter, tak tau harus
berbuat apa. Aku sangat panic, dan semakin panic ketika seseorang menyuruhku
hadir ke forum tersebut. Rasanya saat itu aku seperti tengah berada pada acara “penumbalan”
dan aku adalah tumbal. Tentunya tumbal untuk kebahagiaan kita Putra, dan aku
menikmati setiap detik yang ada. Ini yang kita harapkan Putra.
Pada salah satu sisi ruangan
tengah itu, Putra menatapku, “cantik,” lirihnya. Ya Allah, aku semakin merasa
aku adalah tumbal Putra, tumbal yang sangat aku nikmati!
Putra,Barangkali cinta ini memang harus dijinakan |
Perundingan selesai, disepakati,
pernikahan akan dilakukan tanggal 28 Juni 2013. Ah.. Putra, akhirnya tumpah
segala ruah kita dan cinta ini menemu ujung.
Setelah itu digelar acara batuka tando . keluarga Putra membawa
satu baskom Pinang yang sudah diukir dengan namaku dan nama Putra. Ah…sensasinya
luar biasa. Putra memasangkan cincin pemberian ibunya ke jariku, cincin itu
sangat kekecilan,hhahah…..lalu aku memasangkan cincin ke jari Putra, sebagai
tanda bahwa kami berdua telah diikat.
Sesaat setelah cincin itu
terpasang, mataku dn mata Putra berdialog sunyi tapi lantang. “ aku yang
memilihmu, dan kita yang menetapkan hari ini, dan Tuhan yang mengatur semuanya.
Aku berharap kau adalah jodoh yang Tuhan pilihkan dari sekian banyak orang. Aku
berharap Tuhan terlibat penuh pada cinta yang luarbiasa ini,”kami bersalaman
aaaaakkkkkkk....Tiaaa... i don't know what to say. but this is perfectly sweet! aku bahagia untuk kalian. selamat!
BalasHapus