Selasa, 22 Mei 2012

Aku dan Cermin


Aku menatap cermin…
Kembali menatap,mematu matut diri ku, mata ku ternyata berwarna coklat gelap, bulu mata ku panjang namun tak lentik, hidung ku bukan hidung yang digilai banyak perempuan, ada banyak “tahi” lalat disana. Aku tersenyum. Senyum ku simetris..sangat simetris. bukan karena gigi rapi yang membuat sneyummu simetris, tapi betapa tulus engkau tersenyum dan betapa leganya setelah itu. Alis ku lebat. Aku ingin berdialog dengan aku yang dicermin itu.

“Apa sebenarnya yang telah engkau cari?apa kau masih bersyukur dengan apa yang berlebih sekarang?”
cermin itu menjawab: Aku tau kau tak senyaman dulu dengan hidupmu yang serba lengkap. Kelengkapan justru membuatmu kekurangan. Kau memang tertawa, kau memang bahagia tampak diluaran, tapi kau merindu sesuatu yang dulu pernah kau “gilai” walau tak pernah kau miliki.
Aku “ sok tau!”
Diriku di cermin “ Duduklah, tariklah nafasmu. Fikirkan baik baik. Rasakan deru pendingin ruangan itu menyapa telinga mu dan anginya membelai lembut kulitmu. Rebahkan badanmu pada kasur tebal yang sedikit menggelembung dengan bunga-bunga. Pejamkan matamu.
Sialnya aku menurut saja.
Dia melanjutkan “ Apa yang kau rasakan? Apa benar ini yang kau inginkan? Baiklah....memang ini yang kau inginkan di akhir cerita tak tak begini prosesnya.
“Apa yang aku inginkan?” aku bergumam
Hal yang paling tidak mungkin kau lakukan adalah,kembali ke masa lalumu. Kenanglah masa lalu mu yang agak sedikiti berat namun kau menikmatinya ketimbang kau sibuk memikirkanya dan menyesali semua yang telah kau peroleh sekarang namun tak ada siapa yang menanyakan “ menurutmu ini bagaimana? Apa yang akan kita hasilkan hari ini?Apa agenda pertama kita? “ bukan…sama sekali bukan ini yang harus kau fikirkan, tapi bagaimana tetap tertekan dengan target tanpa ketergantungan dengan peringatan lingkungan. Jangan salahkan mereka, lingkungan,orang-orang disekitar, yang harus kau tau kita bermasalah maka kita ada. Setiap persoalan harus diselesaikan. “
Diriku sendiri terkesan mengguruiku, aku muak. Aku kembali bangkit dari rebahanku, dan bangun menuju cermin. Bayangan di cermin menatap getir. Bibirnya seperti  kain kusut. Dibatang hidung peseknya ada sedikit kerutan, dan mata coklatnya sedikit mengecil.
“Kenapa?kau marah pada keadaan?tidak jadi mendaki Mahameru?Belum sempat melancong kenegar a bersalju? Atau kau marah karena tak satupun media yang mau menerima tulisanmu?!” dia membentak.
Aku mundur dua langkah ke belakang.
“ Ini semua bukan salah siapa. Ini salahmu yang tak berusaha. Bangunlah !!!!!! melangkahlah diatas keyakinan dan usaha, jatuh cintalah pada setiap hal yang diberikan Tuhan. Dimanapun kau berada jadilah sesuatu yang bukan tak bermanfaat.!!
“Air bak mandinya penuh” seseorang berteriak. Seiring bayangan dicermin kembali monoton, kembali aku. Dia tak berpidato lagi. Didalam sana hanya ada wajahku, yang tertunduk lesu.
Tualang, 23 mei 2012. 09.17

2 komentar:

  1. Satu, dua, dan tiga kali tentu renungan macam begini kita butuh kakak. Kalau sering-sering bisa keriting pula hati dan akal nanti. Maka kendalikanlah, seperti kakak mengendalikan iuran pulsa per bulan.

    Lebih akut dari candu Magnum, for pleasure seeker. But, it is over seeking.

    Good job and thanks for sharing ^_______^

    BalasHapus
  2. Saya suka ini kak.. "jatuh cintalah pada setiap hal yang diberikan Tuhan," Ya.. Syukur.. adalah JanjiNYA ketika syukur itu senantiasa ada penambahnya pun akan selalu ada. DIA-lah maha penepat janji.. tak pernah meleset. Syukur di tengah daya dan upaya tentu akan membuatNYA senantiasa tersenyum menatap kita..

    BalasHapus